Mberebes mili. Begitu ucapan beberapa orang yg hadir wisuda tahfidz di Pesantren Modern Al Amanah Junwangi, Sidoarjo. Orang tua dari sekitar 194 santri yang lulus ini hanya bisa melihat anak mereka diwisuda secara hybrid.
“Ndelewer banyu motoku (menetes air mataku),” kata seorang kameramen sesaat setelah hafidzah terbaik bernama Nayla menyampaikan testimoninya.
Nayla mengaduk-aduk wisudawan yg lain saat menyampaikan pencapaiannya tak lepas dari peran kedua orang tua. Doa kedua orang tuanya tak sekadar membuatnya menuntaskan 30 juz. Ia pun meraih predikat terbaik.
“Saya ingin memeluk kedua orang tua saya. Berkah doa beliau saya bisa menuntaskan hafalan. Semoga karena hafalan ini saya dipertemukan dengan kedua orang tua di akhirat,” ucapnya.
Tak berapa lama MC menyampaikan ada kejutan buat peraih predikat terbaik. Orang tua Nayla, dan satu lagi Sulton datang menuju panggung. Perasaan seisi ruangan kian haru saat MC menyebut, Sulton yatim sejak kecil. Ayahnya telah wafat. Pelukan dua wisudawan ini seolah mewakili ratusan wali santri. Dari tampilan virtual, wajah-wajah mereka mberebes mili. Nangis dari jauh. Terlebih saat Nayla dan Sulton hampir bersamaan sujud mencium kaki ibu mereka.
Kedua wisudawan ini kemudian “diuji”. Mauidhoh hasanah disampaikan oleh Ketua OIAA Cabang Indonesia TGB HM Zainul Majdi. Ulama yang hafal Alquran ini meminta dua wisudawan terbaik ini naik ke panggung, ditambah dua wisudawan lainnya.
“Aduh, grogi dites tuan guru,” seorang santriwati spontan berkata.
Setelah itu, cucu pendiri Nahdlatul Wathan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ini memulai membaca ayat dari juz 1. Nayla kemudian melanjutkan. Kemudian disambung juz 30, dilanjutkan oleh Sulton. Berturut-turut ayat Alquran dibaca acak.
“Alhamdulillah, bagus sekali suaranya,” ucap TGB kepada Sulton.
Seluruh ayat-ayat yang dibaca oleh santri ini bergiliran dijelaskan maknanya. Pesan Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) ini seluruh santri-santriwati yang telah diwisuda telah memegang kunci kehidupan yaitu mencintai Alquran. Ia mengingatkan supaya segenap santri terus menempa diri. Tak cukup hanya hafal 30 juz.